Loading...

Hallo teman-teman, bagaimana kabarnya?

Aku mau share tentang pengalaman tinggal di rumah keluarga besar. Pasti ada suka dan dukanya, karena setiap hal pasti ada dua sisi itu kan.

Karena sampai saat ini aku belum diberi kepercayaan kepada Tuhan untuk mempunyai rumah sendiri, jadi sekarang ikut tinggal di rumah omah (nenek) dari papa di Bandung. Setelah menikah aku juga tinggal disini. Tetapi setahun kemudian, aku di berikan kepercayaan oleh boss tempat aku bekerja untuk membuka usahanya yang baru di daerah Cimahi. Selama merintis usahanya yang baru, aku diberi tempat tinggal disana yang cukup dekat dengan ruko tersebut.

Aku tinggal disana hampir dua tahun. Tetapi setelah mamaku sakit, jadii tidak ada lagi yang bisa menjaga anak-anak dan juga suami lebih memilih supaya aku sendiri yang menjaga anak. Jadi akhir tahun 2016 saya memutuskan keluar dari pekerjaan. Begitu pun juga aku harus pindah dari rumah itu. Memang bukan hal yang mudah untuk kembali lagi ke rumah keluarga, setelah dua tahun lebih hidup sendiri bersama keluarga kecilku. Tetapi kondisi keuanganku belum bisa untuk mengontrak rumah, karena suamiku masih bekerja separuh waktu.

Perdebatan Keluarga

Pic : Pixabay.com

Sebelum aku pindah ke Cimahi, omah masih hidup. Omah tinggal bersama tanteku yang paling besar dan satu anaknya yang belum menikah serta orang tuaku. Tetapi pada tahun 2015, omahku meninggal karena sakit dan sudah tua juga. Seperti biasa permasalahan jika punya anak banyak, pada saat orang tua sudah meninggal pasti adanya perbedaan pendapat. Hampir semua keluarga tidak ingin rumah omah ini dijual, tetapi beberapa orang meminta untuk dijual saja. Maksud untuk keluarga besar, rumah omah ini sebagai tempat berkumpul keluarga besar saat natal dan tahun baru. Lalu untu tempat tinggal untuk anak, cucu, atau cicit yang belum mempunyai rumah.

Pada saat aku meminta izin untuk masuk pun, menjadi omongan sebagian keluarga yang meminta untuk rumah omah dijual. Tetapi aku diingatkan untuk tidak menghiraukan mereka, karena mereka tidak tahu kondisi keuangan keluargaku. Siapa sih yang yang tidak ingin mempunyai rumah, setiap orang pasti ingin memiliki rumah untuk tinggal bersama keluarga kecil.

Sisi Suka Saat Tinggal di Rumah Keluarga

Pic : Pixabay.com

Tinggal bersama keluarga besar ada sisi enaknya kok. Ini hal enak yang aku alami selama tinggal di rumah keluarga, yaitu :

  • Dapat membantu menjaga anak, saat aku harus keluar rumah karena pekerjaan.
  • Saling menjaga, saat suamiku bekerja di luar kota. Jadi ada yang menemani aku dengan anak-anak
  • Sering berkumpul dengan keluarga besar
  • Sering bertemu dengan keluarga yang jauh, saat berkunjung ke rumah omah
  • Karena aku orangnya panikan, jadi membantu sekali jika ada keluarga di rumah dan ada kejadian yang membuat aku panik. Ada keluarga yang membantu untuk menenangkan

 

Sisi Duka Saat Tinggal di Rumah Keluarga

Pic : Pixabay.com

Saat suka pasti ada duka juga, hihihi. Ini adalah sisi duka saat tinggal bersama di rumah keluarga, yaitu :

  • Terlalu banyak campur tangan saat mendidik anak
  • Tidak dapat menunda pekerjaan rumah, karena pasti akan menjadi omongan
  • Punya barang atau makanan adalah milik bersama, ini sangat dilema saat keuangan terbatas terutama untuk makanan
  • Pengeluaran lebih besar
  • Tidak dapat melatih anak untuk bisa tidur sendiri karena keterbatasan tempat tidur

 

Kesimpulan

Pic : Pixabay.com

Disaat harus tinggal bersama di rumah keluarga besar seperti ini, aku belajar untuk bisa membawa diri dengan situasi yang ada. Aku juga belajar untuk bisa berbagi berkat dengan orang lain, dan anak-anak juga pada saat masih bayi bisa cepat bersosialisasi dengan setiap orang yang datang. Yang paling penting adalah belajar untuk tidak ikut campur dengan urusan orang lain. Segala sesuatu pasti ada suka dan dukanya, tinggal bagaimana kita bisa menghadapi dan menjalani dengan positif. Serta syukur aku masih mempunyai tempat untuk berteduh untuk keluarga kecilku.

Tentu harapan, impian, dan keinginanku ke depan adalah memiliki rumah sendiri yang pastinya bisa tinggal bersama keluarga kecil dan membangun rumah tanggaku secara mandiri. Semoga Tuhan memberikan kesempatan buat aku bisa mempunyai rumah. Agar anak-anakku bisa lebih mandiri dan aku bisa sesuka hati menghias dan menata rumah sendiri.

Apakah teman-teman pernah mengalami hal yang sama seperti aku? Bagaimana perasaan kalian? Berbagai cerita yuk.

 

 

4 Replies to “Suka Duka Tinggal Bersama di Rumah Keluarga Besar”

  1. Damar Aisyah says: April 10, 2018 at 9:06 am

    I feel you, Mbak. Aku pun pernah mengalaminya. Awal menikah tinggal dengan mertua tanpa suami. Pindah ke Jakarta tinggal di rumah ipar. Suka duka selalu ada, yg terpenting kita dapat mengambil hikmahnya dan belajar bijaksana. Yang sabar ya ?

  2. Bety Kristianto says: April 10, 2018 at 8:09 am

    Di awal menikah sampai usia perkawinan ke 9, saya tinggal di rumah sendiri. Memasuki usia pernikahan ke 10, Tuhan izinkan saya pulang kampung dan tinggal 1 atap dengan orangtua saya. Memang, ada sedikit privasi yang hilang sih, tapi saya jadi bisa merawat orangtua yang beranjak sepuh dan mulai sakit-sakitan. Sampai sekarang, rumah saya di Bandung masih ada, dan dipakai oleh teman saya. Semangat mba Egy, Tuhan tahu waktu yang tepat untuk kita. GBU

  3. Srie Ningsih says: April 9, 2018 at 12:40 pm

    Betul Mba.tinggal bersama keluarga lain memang ada konsekwensinya, krn itu ibu saya mendidik kami anak2nya untuk.keluar rumah stlh menikah. Klo belum punya biaya, inu yg bayar biaya kontrakannya. Dgn alasan agar bisa mandiri & rukun dg saudara lainnya.
    Semoga rejeki Mba Egy berlimpahkan, shg keinginannya dikabul Tuhan.

  4. nur rochma says: April 7, 2018 at 4:05 pm

    Pernah di awal menikah ikut ortu. Tapi nggak lama. Ya, tetap ada suka dukanya, mba. Kalau aku lebih suka tinggal di rumah sendiri meski itu di rumah petak. Lebih bebas mengurus keluarga dan rumah.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This field is required.

You may use these <abbr title="HyperText Markup Language">html</abbr> tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

*This field is required.