Hallo, ketemu lagi ?
Di trisemester pertama pada umur kandungan 1 dan 2 bulan saya periksa kandungan 2 minggu sekali. Saya diberi penguat kandungan yang harganya cukup mahal dan juga diwajibkan untuk periksa Tokso. Walaupun saya tidak memelihara binatang atau sering berkontak langsung dengan hewan, saya tetap diwajibkan untuk periksa Tokso karena sekarang virus tokso bukan hanya berasal dari binatang tapi dari makanan juga. Setelah diperiksa, Puji Tuhan saya dinyatakan bersih dari virus tokso. Pada saat memasuki trisemester ke dua, dokter Robert mulai memberikan vitamin kalsium yang cukup tinggi bahkan waktu tebus obat dikira saya patah tulang karena dosis vitamin kalsiumnya yang tinggi.
Selama hamil saya sangat senang dan menikmati, karena saya tidak melewati masa-masa mual atau muntah. Maunya makan terus dan paling suka yang manis-manis (saya bisa menghabiskan 1 porsi martabak manis sendiri ?), kalau minuman paling suka minum air kelapa. Hasilnya anak saya kelebihan berat badan hehehe, saat di USG (Ultrasonography) setiap bulan berat badan anak saya selalu lebih besar 1 bulan dari umurnya. Hingga dokter kandungan tempat aku kontrol memberi saya suatu pilihan, jika saya ingin melahirkan secara normal saya harus diet makan yang manis supaya tidak terlalu sulit pada saat melahirkan. Tetapi jika saya ingin melahirkan secara SC (Sectio Caesar) saya tidak harus diet makanan yang manis. Karena saya ingin melahirkan anak pertama secara normal, jadi saya mulai mengurangi makanan yang manis-manis.
Saat memasuki umur kandungan 7 bulan, saya sudah disuruh mengikuti senam hamil. Karena saya ingin melahirkan secara normal jadi saya mengikuti senam hamil seminggu sekali. Menurut saya senam hamil ini bermanfaat sekali buat yang melahirkan secara normal, karena disana kita diajarkan untuk mengatur nafas saat melahirkan, memasuki hamil besar kita sering kali sakit pinggang dan susah tidur. Saat senam hamil kita akan diajari untuk mengatasi sakit pinggang karena baby di dalam kandungan semakin besar dan perut kita juga semakin besar.
Pertengahan bulan Juni 2013, saya membantu suami saya pindahan barang-barang dari tempat kostan yang dulu ke rumah keluarga tempat kami tinggal sekarang. Saya tidak berani mengangkat barang yang berat, saya hanya merapikan dan menyusun barang-barang sampai malam sekitar jam 24.00 WIB. Saat saya mulai rebahan untuk mulai tidur, perut saya merasa keram dan kencang mungkin hanya karena saya kecapean seharian.
20 Juni 2013 pada pagi hari, setelah saya menyiapkan makanan untuk suami pergi kerja dan saya pun pergi mandi untuk siap-siap pergi kerja. Tetapi saat saya mau mandi, ada keluar cairan dari bawah dan cukup banyak tidak tertahankan. Saya langsung bergegas keluar karena menurut saya itu air ketuban (karena pernah diberitaukan pada saat saya mengikuti kelas senam hamil) dan telepon mama saya yang tinggal di Jakarta. Karena suami saya sudah pergi kerja, untungnya di rumah ada tante saya dan oma, jadi saya bisa minta tolong dianterkan oleh tante untuk ke bidan terdekat untuk di cek apakah itu benar air ketuban atau bukan.
Dini hari ini, jam 02.00 WIB saya sudah “pembukaan 10”. Saya langsung dipindahkan ke ruangan bersalin, sampai ruangan bersalin, dokter Robert menghampiri saya “Bu, tahan sebentar yaa saya selesaikan jahitan ibu yang di sebelah”. Dalam hati saya, dokter ga tau rasa sakitnya menahan mules dan tidak boleh ngeden sampai ada instruksi, “SAKIIITTT BANGEETT DOK!!!!” ?
Selama proses melahirkan saya minta ditemani oleh suami, supaya suami tau rasa sakitnya perjuangan saya untuk melahirkan seorang bayi. Jam 03.40 WIB, putra pertama kami lahir. Dokter Robert pun merasa senang dan tenang, karena saat bayi saya keluar langsung menangis. Dari awal dokter Robert cukup kuatir dengan kondisi paru-paru bayi saya yang belum siap, tapi Puji Tuhan paru-paru bayi saya normal dan tidak harus masuk inkubator karena berat badannya cukup (BB: 2.6Kg,Pajang: 50cm).
Ternyata jika ibu kita mempunyai riwayat lahiran sebelum pas 9 bulan, kita harus konsultasikan kepada dokter kandungan kita. Karena setelah saya melahirkan bayi saya, mama saya cerita bahwa mama saya juga melahirkan saya saat umur kandungan masih 7 bulan. Dan dokter Robert mengingatkan, klo memang suda ada riwayat seperti ini harusnya bilang dari awal. Yaa ga tau juga yaa bener atau ga, kalau menurut saya mungkin aja kebetulan sama. Karena kondisi saya sehari sebelum pecah ketuban aktivitas yang saya lakukan cukup cape dan melelahkan hingga perut saya keram.
Semoga tulisan ini bisa membantu mengingatkan ibu-ibu yang sedang hamil besar, untuk bisa lebih berhati-hati dan tidak melakukan aktivitas yang cukup melelahkan. Sehat selalu untuk bunda dan calon bayinya, amin ?
Selamat siang Kak.
Saya ingin bertanya review Kakak untuk rs santosa bandung sebagai tempat melahirkan. Apakah memuaskan? Saya sedang hamil dan sedang mempertimbangkan rs untuk tempat melahirkan. Terima kasih Kak.
Hallo, maafkan baru bisa replay. Waktu lahiran anak pertama 8 tahun yang lalu pelayanannya sangat bagus kok. Saya pakai dr.Robeth, beliau sangat sabar dan pro normal. Terus juga pelayanan dari susternya sangat bagus, sebelum pulang ibunya diajari tentang laktasi dulu (cara memijat PD, pelekatan yang benar). Tapi waktu hamil ketiga ini, saya ga memilih Santosa karena covid, huhuhu
Iya percaya kalau memang ada riwayat seperti itu. Aku dulu kontraksi mpe 3 hari. Pembukaan juga sangat lambat. Tapi alhamdulillah lancar.
Memang seru yaa mba melewati masa-masa itu. Perjuangan seorang Ibu memang luar biasa 🙂
Amin. Sehat dan sukses terus yaa mba ngeblognya 🙂
Sekarang Luigi umur berapa mba?
Iyaa bener mba. Kebayang kalau tidak di beri penguat paru-paru mba hiks
Betul sekali mba rina 🙂
Amin. Lahiran anak ke 2 harus melalui SC mba hehehe
Turut berduka yaa bu, tapi itu yangg terbaik buat dia. Anak-anak ibu sudah pada besar yaa bu 🙂
Waahhh ternyata benar yaa mba, itu bisa turun menurun.
Ketiga anak saya lahir saat usia kehamilan 37 minggu Mbak..
Karena Ibu saya dulu juga begitu.
Dan ternyata berulang saya alami pada tiap kehamilan..:)
Hallo Mba Janette..kita sama ya. Anak pertama saya juga pecah ketuban dulu pd usia kehamilan 8 bln, tp bedanya anak saya hanya bertahan 1 minggu krn kelainan jantung. Anak.ke 4 jg lahir 8 bln tp alhamdulillah skrg sdh 24 th & dialah anak bungsu saya.
Semoga lahiran berikutnya normal ya, mbak. Nggak ada masalah
Beratnya hampir sama kayak anakku mbak. Luigi lahir 2.5 kg padahal enggak prematur hehe.
Wah salut mbak janetta, cepat tanggap ya…
Alhamdulillah sehat yaaa Mbak Jean dan buah hatiii, senang bacanya serasa mengalami. Saya jadi ikut nostalgia di jaman itu hehehee
Luar biasa saya membacanya terharu lho mbak
Hebat ya dokternya tanggap
Thanks sharingnya Mbak Jeanetttt … sehat dan sukses selalu ….
Ibu hamil memang harus banyak hati- hati ya